• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Dahta Gautama

Puisi: Persengkongkolan Anjing – Dahta Gautama (l. 1974)

Posted on 31 Maret 202031 Maret 2020 by Editor

Dahta Gautama (l. 1974) Persengkongkolan Anjing Anjing-anjing berburu tuhan di rumahmu, di tempat yang paling basah dalam keluargamu. Istri selalu mengira, bahwa engkau pulang membungkus nabi dalam tas ranselmu. Ia […]

Posted in Puisi Tagged Dahta Gautama, Puisi Leave a comment

Puisi: Rumah di Kebun Bambu – Dahta Gautama

Posted on 24 Maret 2017 by Editor

Dahta Gautama Rumah itu dibangun di pinggir kali di sebuah kampung. Semenjak merasa ujur diputuskannya untuk tinggal di situ. pekarangan ditanaminya bambu ada juga bunga-bunga, bonsai dan lima batang kelapa […]

Posted in Puisi Tagged Dahta Gautama, Puisi Leave a comment

Puisi: Anakku Memelihara Angsa – Dahta Gautama

Posted on 24 Maret 201724 Maret 2017 by Editor

Dahta Gautama “Apa yang kau sembunyikan di dekapanmu, anakku?” “Bukan, apa-apa ayah. cuma kupu-kupu besar. ia memiliki sayap berwarna putih, matanya ungu dan bisa terbang. Bibi, memintaku memeliharanya di halaman […]

Posted in Puisi Tagged Dahta Gautama, Puisi Leave a comment

Puisi: Jalan Menuju Wanasalam – Dahta Gautama

Posted on 15 Januari 2017 by Editor

Dahta Gautama Menuju rumahmu, menyebabkan aku menempuh angin. Hujan dalam beberapa minggu ini, memengaruhi rasa di kepala bagian belakang kita. Namun karena kita mesti tiba di Wanasalam pada malam itu, […]

Posted in Puisi Tagged Dahta Gautama, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani