• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Didik Siswantono

Puisi: Aku Pelupa Soal Pidato – Didik Siswantono (l. 1968)

Posted on 14 Agustus 2018 by Editor

Didik Siswantono (l. 1968) Aku Pelupa soal Pidato Sesudah pidato ketiga lebih baik aku keluar sebentar hembusan angan telah menelan semua ingin lebih baik mencicipi kopi yang pahitnya tertunda tadi […]

Posted in Puisi Tagged Didik Siswantono, Puisi Leave a comment

Puisi: Buku Tabungan – Didik Siswantono (l. 1968)

Posted on 14 Agustus 2018 by Editor

Didik Siswantono (l. 1968) Buku Tabungan “Bolehkah aku membantumu, Pak?” Bapak tak menjawab, terus membuka buku tabungan yang berguguran, menghitungnya lalu melupakannya. Bapak kini mencoba melihat kalender sebuah bank. Sia-sia […]

Posted in Puisi Tagged Didik Siswantono, Puisi Leave a comment

Puisi: Pada Suatu Malam di Bekasi – Didik Siswantono (l. 1968)

Posted on 14 Agustus 2018 by Editor

Didik Siswantono (l. 1968) Pada Suatu Malam di Bekasi Dilihat dari dalam adalah lampu baca, dilihat dari luar adalah laron yang terbang di sela-sela cahaya. Tetap tak menggubris batas panas […]

Posted in Puisi Tagged Didik Siswantono, Puisi Leave a comment

Puisi: Siola – Didik Siswantono (l. 1968)

Posted on 13 Agustus 201814 Agustus 2018 by Editor

Didik Siswantono (l. 1968) Siola Siola, silam yang menghamba getar-getar ke- nangan, lalu ditinggalkan. Sebuah toko, loteng jingga bunga-bunga dan teh pahit kaki lima, me- nyisakan nama lama yang telanjur […]

Posted in Puisi Tagged Didik Siswantono, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani