• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Iswadi Pratama

Puisi: Jalan Setapak – Iswadi Pratama (l. 1971)

Posted on 19 September 202019 September 2020 by Editor

Iswadi Pratama (l. 1971)Jalan Setapak engkau jalan setapak di pinggiran tanjungkarangmeliuk di pinggang bukit, lempang di landai pantairumpang-lesuh di kampung kumuh di minggu pagi,orang-orang, sebagian kecil orang di kota inimerayakan […]

Posted in Puisi Tagged Iswadi Pratama, Puisi Leave a comment

Puisi: Perempuannya Eliot – Iswadi Pratama (l. 1971)

Posted on 20 Maret 201820 Maret 2018 by Editor

Iswadi Pratama (l. 1971) Perempuannya Eliot –Vivienne Rumah dengan jendela jendela besar dan dinding bata merah yang lembab Pintu berderak diterpa angin musim gugur. Angin, tamu yang lebih ramah Melaluinya […]

Posted in Puisi Tagged Iswadi Pratama, Puisi Leave a comment

Puisi: Kisah – Iswadi Pratama (l. 1971)

Posted on 20 Maret 201820 Maret 2018 by Editor

Iswadi Pratama (l. 1971) Kisah Maafkan, bila saya telah membuatmu – dengan kebetulan atau terpaksa – membaca sajak ini. Sajak yang tak pernah terasa sebagai sajak. Saya mungkin dimaksudkan sebagai […]

Posted in Puisi Tagged Iswadi Pratama, Puisi Leave a comment

Puisi: Agustus – Iswadi Pratama (l. 1971)

Posted on 20 Maret 201820 Maret 2018 by Editor

Iswadi Pratama (l. 1971) Agustus Di Timur pagi, Agustus seperti sebaris eucalyptus di lereng bukit yang mulai tandus. Hampir rebah dan tersia. Tinggal jubah kemarau yang berdebu itu membungkus bahu […]

Posted in Puisi Tagged Iswadi Pratama, Puisi Leave a comment

Puisi: Gunduk – Iswadi Pratama (l. 1971)

Posted on 15 Januari 201720 Maret 2018 by Editor

Iswadi Pratama Gunduk aku pati pohon jati yang padu tak lunak namun belum batu coklat yang hampir gelap terkunci di kebun ini aku hampir dihapus humus lalu dikemas para rangas […]

Posted in Puisi Tagged Iswadi Pratama, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani