• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

dadang ari murtono

Esai: Memahami (dan Menikmati) Teks dari Lakon yang Tak Berteks

Posted on 2 Juni 20182 Juni 2018 by Editor

Oleh Hasan Aspahani APABILA teks kita pilih untuk kita hadapi sebagai struktur jejaring makna yang tersusun dari serangkaian simbol-simbol,  sebagaimana dijelaskan dalam seni memahami (hermeneutik) maka bergembiralah kita di hadapan […]

Posted in Buku, Esai Tagged dadang ari murtono, Esai Leave a comment

Puisi: Menonton Ludruk dari Balik… – Dadang Ari Murtono (l. 1988)

Posted on 13 Mei 20181 Juni 2018 by Editor

Dadang Ari Murtono (l. 1988) menonton ludruk dari balik jendela sewaktu gerimis (untuk binhad nurrohmat) hari ketika aku mati, gus, adalah hari di mana bahasa menemukan letak jantungku dan menjadikannya […]

Posted in Puisi Tagged dadang ari murtono, Puisi Leave a comment

Puisi: Selepas Karam – Dadang Ari Murtono

Posted on 29 Juli 2017 by Editor

Dadang Ari Murtono empat puluh hari kemudian, di puing kuil, ia saksikan padma itu, merekah dan merah – ia mengira itulah yang disaksikan kanjeng nabi dalam malam mi’raj, dua atau […]

Posted in Puisi Tagged dadang ari murtono, Puisi Leave a comment

Puisi: Tentang Maut – Dadang Ari Murtono

Posted on 29 Juli 2017 by Editor

Dadang Ari Murtono seperti bayangan yang memanjang maut mendatangi mereka sebelum malam surut: rancangkapti yang menangis, mangunarsa yang terdiam, dan tambangraras yang tak tahu lagi * tapi, sesungguhnya, tidak sesepele […]

Posted in Puisi Tagged dadang ari murtono, Puisi Leave a comment

Puisi: Cak Markeso – Dadang Ari Murtono

Posted on 31 Januari 2017 by Editor

Dadang Ari Murtono aku penyair bimbang, cak bimbing aku aku tak kuat berjalan dengan memanggul perut lapar, dalam tasku, kata-kata tak ada yang abadi maka tunjukkan cak, duniamu itu, semesta […]

Posted in Puisi Tagged dadang ari murtono, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani