• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Warih Wisatsana

Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)

Posted on 24 April 202224 April 2022 by Editor

Warih Wisatana (l. 1965)Candi Candi. Bayangan candiGugusan waktu lampauyang menggenangi dirimu Terpaku di situ diriku, patung letihyang tidur dengan mata layu terbukadan mulut pucat menganga Terpahat dalam prasastisegalanya seolah abadidi […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Warih Wisatsana Leave a comment

Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)

Posted on 24 April 202224 April 2022 by Editor

Warih Wisatsana (l. 1965)Mitomania Yang paling jenaka adalah dirikusetiap petang mengunjungi semua orangmembayangkan mereka sebagai dindingatau selembar cermin berbagi murung Mereka merasa pangeran budimansamaran rubah gunung yang lembut hatiSeakan sungguh […]

Posted in Puisi Tagged Hari Puisi, Puisi, Warih Wisatsana Leave a comment

Puisi: Kota Kita – Warih Wisatsana (l. 1965)

Posted on 12 Agustus 201812 Agustus 2018 by Editor

Warih Wisatsana (l. 1965) Kota Kita -Helmi Haska – Bagaimana akan kita tinggalkan kota ini Setiap orang menunjukkan arah yang salah Seharian menyeberangi jembatan layang dirundung bayang gedung menjulang Seharian […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Warih Wisatsana Leave a comment

Puisi: Legian – Warih Wisatsana (l. 1965)

Posted on 11 Agustus 201812 Agustus 2018 by Editor

Warih Wisatsana (l. 1965) Legian Di Legian            tak ada yang menyadari semua pohon ingin tumbuh rindang Hanya bar tak bernama di tikungan merelakan bunga kecil merambat liar menembus retak […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Warih Wisatsana Leave a comment

Puisi: Upacara – Warih Wisatsana

Posted on 8 Januari 2017 by Editor

Warih Wisatsana Erawan Berhutang pada siapakah hidup ini? Di dekat rumahmu, sebelum gang buntu atau sekelok sajak dari masa kanak Seperti biasa dengan tekun dan sabar Para penjaja itu mengacungkan […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Warih Wisatsana Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani