Rizki Amir (l. 1995)Pudak dari wuwung wangi makam seorang wali hingga kota yang bunuh diri, kita bawa pulang segumpal kabut asap bus antarkota. tapi katamu, seharusnya kita cangking juga seikat […]
Puisi
Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)
Rizki Amir (l. 1995)Kota Kematian /1/di suatu malam yang lengah, dalam tiap adegan, beribu-ribu nyawa putus. alengka penuh darah. menyisakan gema panjang di dada. dan si putra mahkota, tak pernah […]
Puisi: Wungkusan – Rizki Amir (l. 1995)
Rizki Amir (l. 1995)Wungkusan pekarangan rumahmu akan bergerak lebih lambatketika aku seret masa lalu yang telah aku simpandi antara sebuah pelukan dan sepiring wungkusanudang. kamu adalah bungkus berbentuk tum. dansetelah […]
Puisi: Majnun – Muhammad Febriyadi (l. 1991)
Muhammad Febriyadi (l. 1991)Majnun Junjung-junjung rasa rindumelemas dalam sendurahasia mulai rentasukar dikuburkan Langit merahmelahirkan luka yang mengangapetinya menyerupai darah yang menyambar-nyambarmemelodikan pengakuannya yang majnuninilah fundamental hujan yang agamogenesissebenar-benarnya Majnun di […]
Puisi: Insomnia – Widya Mareta (l. 1994)
Widya Mareta (l. 1994)Insomnia kuil runtuh di dalam kepalakupukul tiga pagi adalah saat palingcemas untuk membangunkan puisi.tak ada gemuruh artileri,tak ada obrolan geladeri. di hadapanku berjejer botol-botol minuman energi,berkas yang […]
Puisi: Duka Seri Bumi – Muhammad Febriyadi (l. 1991)
Muhammad Febriyadi (l. 1991)Duka Seri Bumi Luahkan air matatumpahkan di dadakuair matamu akan aku tampihingga bening dan menjadi suci Di sinilah hati berlarimengejar makna duka seri bumitapi dukamu jadi dukakuia […]